Kamis, 03 Februari 2011

Jadilah pekerja dengan tugas mulia

Firman: 2 Timotius 2: 20-26

Surat Rasul Paulus kepada seorang pemuda yang bernama Timotius, anak didik Rasul Paulus yang dinyatakan “kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya” (Fil 2:22). Di dalam perikop ini Rasul Paulus memberikan gambaran bahwa di dalam rumah ada dua macam perabotan, yang “dipakai untuk maksud mulia” (ay 20) yaitu yang terbuat dari emas dan perak dan yang “dipakai untuk maksud kurang mulia” (ay 20) yaitu yang terbuat dari kayu dan tanah.
Di dalam kenyataan di setiap rumah tangga pada umumnya juga mempunyai dua jenis perabotan! “Yang baik dan yang kurang baik”! Rasul Paulus menyatakan “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot yang mulia … dikuduskan… dipandang layak …disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia” (ay 21). Tuhan yang menjadikan dan apa yang perlu kita perhatikan untuk hidup dalam tugas mulia?
1. Memiliki kasih dan kesetiaan.
“Jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai…” (ay 22). Perhatikan emosimu karena emosi menimbulkan ketidak stabilan di dalam segala hal. Betapa banyaknya orang yang ber-emosi meninggalkan pelayanan! Seharusnyalah kita senantiasa mantap, memiliki integritas diri dan kasih. Tuhan Yesus menyatakan dengan tegas, “Gembalakanlah domba-dombaKu” (Yoh 21:15) dan ini dikatakanNya setelah Petrus menyatakan bahwa ia mengasihi Tuhan. Di dalam arti kata jika tidak mengasihi Tuhan (jika tidak ada kasih) jangan menggembalakan kawanan dombaNya. Demikian juga Rasul Paulus menyatakan kategori yang dibutuhkan sebagai penilik jemaat “haruslah seorang yang tak bercacat” (1 Tim 3:2), berhasil dan mampu serta teruji kesetiaannya.
2. Membawa damai bagi semua orang.
“seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar tetapi harus ramah terhadap semua orang” (ay 24). Bagaimana caranya? Dijelaskan di dalam ayat sebelumnya, “Hindarkanlah soal-soal yang di cari-cari… menimbulkan pertengkaran”(ay 23) (Kalam Hidup: Janganlah melibatkan dirimu dalam perdebatan yang bodoh, yang hanya akan menyinggung perasaan dan menimbulkan kemarahan). Hindarkan perdebatan atau berbantahan! Rasul Paulus berkata “tidak mempunyai kebiasaan yang demikian” (1 Kor 11:16). Berkata-katalah yang baik dan yang memberi semangat. Panggilan kita adalah pembawa damai. Tuhan Yesus berkata “Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat 5:9). Dimana saja kita berada akan memberikan damai.
3. Mampu berbelas kasihan dan memimpin.
“harus cakap mengajar, sabar dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan….” (ay 25). Perhatikan, kita berhadapan dengan orang yang suka melawan yaitu pemberontak, tidak taat, mau berjalan sesuai kehendaknya, tidak mau diatur! Dibutuhkan hati yang berbelas kasihan agar kita terbeban untuk memberikan pertolongan. Biasanya kejengkelan yang timbul terhadap orang yang suka melawan tetapi dengan hati yang berbelas kasihan maka kita akan terbeban untuk “menuntun orang yang suka melawan” (ay 25). Kata “menuntun” menggambarkan dengan kasih dan lemah lembut kita memimpin. Siapa tahu akan terjadi pertobatan sehingga ia mau dipimpin! Adapun tujuannya dinyatakan untuk membawa “sehingga mereka mengenal kebenaran” (ay 26) dan melepaskan mereka “dari jerat iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (ay 26). Pemberontak itu tidak tahu kebenaran dan ada dalam ikatan iblis karena Tuhan telah memberikan, “hati yang taat” (Yehz 11:19).